Friday, November 28, 2014

Eclampsia Pada Anjing



Pasien Naroopet, Grey anjing poedel betina berusia > 7 thn yang mengalami eclampsia, mengalami peningkatan suhu badan dan gejala konvlusi (kejang-kejang) 




Eclampsia merupakan kondisi dimana rendahnya jumlah asupan kalsium dalam plasma darah yang bersifat akut, kasus ini pada meja praktek sering terjadi pada anjing-anjing ras kecil betina yang memiliki banyak anak biasanya terjadi setelah melahirkan , kejadian eclampsia juga dapat terjadi selama periode kebuntingan dan akan meningkatkan resiko terjadinya distokia (kesulitan untuk melahirkan). Eclampsia sering terjadi pada usia 1-3 minggu setelah melahirikan karena pada periode tersebut kebutuhan kalsium sangat tinggi untuk membentuk air susu, kejadian ini cenderung banyak terjadi pada anjing-anjing ras kecil yang memiliki banyak anak. Kondisi hipokalsemia pada kasus eclampsia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya nutrisi yang buruk, kadar albumin yang rendah dalam darah, produksi susu dalam jumlah yang banyak,  dan penyakit kelenjar parathyroid. Eclampsia dapat terjadi karena ketidak seimbangan in flow dan out flow kalsium dalam darah. In flow kalsium dalam darah berasal dari metabolism kalsium yang diambil dari tulang serta gastrointestinal , sedangkan out flow kalsium yaitu distribusi kalsium darahyang dialirkan untuk kebutuhan susu. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kadar kalsium dalam darah.

Gejala klinis eclampsia adalah : hewan merasa gelisah, bernafas cepat, memberan mukosa terlihat pucat, induk anjing memiliki suhu yang tinggi, pada kondisi berat  dapat terjadi hipersalivasi hingga mengalami kekejangan. Kasus eclampsia merupakan kasus emergency segera bawa hewan anda ke dokter hewan terdekat untuk mendapatkan pertolongan.


Untuk mencegah kasus eclampsia dengan pemberian makanan ang memiliki kandungan nutrisi yang cukup dan seimbang, , jumlah rasio kalsium dan phosphor 1,2 : 1 dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan nutrisi, pemberian supplement kalsium, phosphor dan vitamin D sedikit demi sedikit pada periode pertengahan kebuntingan baik dilakukan. Selain itu segera melakukan penyapihan pada anak hewan ketika sampai pada masa penyapihan, usia anak anjing yang dapat disapih adalah sekitar 1,5-2 bulan. 


Kontributor : drh . Hizriah Alief  J

JENIS - JENIS KERONTOKAN PADA KUCING


Rambut  kucing kesayangan yang menempel pada sofa dan baju mungkin merupakan hal yang sudah biasa bagi pemilik kucing, tetapi apabila jumlah kerontokan semakin banyak ada rasa kekhawatiran bagi pemilik kucing akan kucing yang mengalami sakit atau rambut tidak seindah dulu lagi.



Masalah kerontokan rambut kucing merupakan masalah yang umum terjadi, apalagi pada kucing yang memiliki tipe rambut panjang seperti kucing persia, untuk menangani kerontokan tentunya harus didasarkan penyebab terjadinya kerontokan pada rambut,beberapa hal yang dapat menyebabkan kerontokan pada kucing kesayangan anda diantaranya adalah sebagai berikut :

Kerontokan normal
Rambut kucing juga memiliki fase-fase pergantian rambut dimulai dari fase pertumbuhan rambut awal hingga fase pergantian rambut, normalnya untuk fase ini berlangsung satu kali dalam setahun sampai dengan dua kali dengan jumlah kerontokan yang tidak terlalu banyak, kerontokan normal terjadi pada kucing mulai dari usia 4-6 bulan. Pada kucing betina pada siklus birahi juga terjadi kerontokan akibat perubahan hormon dalam tubuh secara periodik.



Kekurangan nutrisi
Anak kucing memerlukan makanan dengan kandungan protein minimal 30%, sedangkan kucing dewasa 25-30%. Selain itu juga kucing membutuhkan nutrisi lain seperti vitamin dan mineral yang menjaga kondisi kulit dan rambut menjadi lebih optimal. Perhatikan pemberian pakan komersial untuk kucing kesayangan anda, tidak semua makanan komersial yang dijual di petshop memiliki nilai nutrisi yang mencukupi dan seimbang untuk kucing anda, perhatikan nilai gizi yang terkandung dan konsultasikan kepada dokter hewan, jenis pakanan apa yang sesuai dengan kondisi kucing anda agar pertumbuhan kucing optimal dan rambut kucing tampak bersinar, kucing yang kekurangan nutrisi biasanya akan menunjukan warna rambut yang kusam, berbanding sebaliknya apabila kualitas nutrisi yang kita berikan seimbang dan mencukupi.


Tempat tinggal terlalu panas
Fungsi kulit dan rambut adalah untuk melindungi badan dari berbagai pengaruh lingkungan dan merupakan sistem pertahanan pertama dari penyakit. Pada suhu yang dingin maka kulit juga akan merangsang pembentukan rambut yang lebih banyak untuk menjaga hilangnya panas pada tubuh, sebalikanya apabila  lingkungan terlalu panas, maka akan terjadi proses adaptasi dengan  merontokan rambut dengan tujuan untuk mencegah adanya panas yang berlebih. Tempatkan kucing pada tempat yang sejuk dan kering dan bersih dengan sirkulasi udara yang lancar

Shampoo dan Grooming
Shampoo yang tidak sesuai dengan kucing dan memiliki derajat keasaaman (pH) yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerontokan. Beberapa shampoo yang memiliki banyak busa mempunyai kandungan detergen yang tinggi dapat membuat lapisan kulit mudah terkikis dan menimbulkan iritasi dan kerontokan pada rambut. Terlalu sering memandikan (grooming) juga dapat mempengaruhi kelembaban normal kulit dan rambut, apabila kucing dalam keadaan sehat frekuensi mandi seminggu sekali merupakan pilihan yang tepat untuk memandikan kucing, kecuali ketika kucing kesayangan kita mengalami penyakit kulit, dokter hewan akan menganjurkan periode pemandian lebih sering (2-3 kali/minggu), apabila kulit terlalu lembab maka akan menyebabkan timbulnya gangguan kulit seperti jamur dan apabila terlalu kering dapat menyebabkan rambut yang mudah rapuh dan kulit yang kering.



Alergi kutu
Gigitan pinjal atau kutu dapat menyebabkan reaksi alergi pada kucing, alergi biasanya tampak seperti kemerehan, bengkak, dan radang ringan disekitar daerah gigitan. Reaksi alergi dengan jumlah yang banyak akan meningkatkan reaksi keradangan pada kulit dan meningkatkan resiko terjadinya kerontokan rambut. Selain alergi karena gigitan kutu, alergi lan seperti alergi obat, makanan, dan lain sebagainya juga dapat menginisiasi adanya kerontokan

Gangguan hormonal
Gangguan pada beberapa produksi hormon juga dapat mempengaruhi keadaan kulit dan rambut, hormon yang berpengaruh diantaranya adalah hormon tiroid dan adrenal, biasanya gangguan hormonal terjadi ketika kucing berusia dewasa dan lanjut. Biasanya gejala kerontokan ini disertai dengan kebotakan (alopesia) pada kedua sisi tubuh (simetris).


Jamur (Dermatophytosis)
Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis yang memiliki kelembabab yang sangat tinggi dan merpakan daerah yang sangat cocok untuk pertumbuhan jamur. Rambut tebal dan panjang pada kucing akan menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan jamur apabila memiliki kelembaban yang tinggi. Salah satu jenis jamur yang sering ditemukan pada kucing adala Microsporum canis yang sering dikenal dengan istilah ringworm gejala yang timbul adalah kulit merah dapat berbentuk titik dan semakin lama akan membesar membentuk seperti ring dan daerah yang ditumbuhi jamur akan menyebabkan kerontokan dan disertai dengan timbulnya ketombe pada lapisan kulit, jenis jamur ini bersifat zoonosis (dapat menular dari hewan ke manusia).

Obat-obatan
Obat-obatan seperti antikanker pada saat kemoterapi juga dapat menyebabkan rambut rontok. Suntikan beberapa jenis obat dapat menyebabkan kerontokan disekitar tempat suntikan, rambut akan tmbuh normal lagi setelah efek obat habis


Physicological Alopesia
Kerotokan ini terjadi akibat kondisi hewan yang sedang stress, akibatnya hormon dan metabolisme pada kulit juga terganggu dan menyebabkan kerontokan pada rambut, cara untuk menghindari terjadinya kerontokan karena stress adalah dengan meminimalisir potensi hewan menjadi stress.


Kontributor : drh. Hizriah Alief J

Monday, November 17, 2014

CACINGAN PADA HEWAN


Cacingan atau dalam istilah medis dikenal dengan helmitiasis merupakan kondisi dimana hewan kesayangan anda mengalami infestasi dari parasit (cacing), terdapat 4 jenis cacing yang sering ditemukan pada hewan kesayangan anda dianataranya roundworm (cacing gelang), hookworm  (cacing kait), tape worm (cacing pita/pipih) dan whipworm (cacing cambuk). Anjing dan kucing paling sering menderita infeksi cacing yang disebabkan oleh cacing pipih dan cacing gelang.

Gambar pasien Klinik Naroopet yang mengalami helmithiasis (cacingan) pada usia kurang dari 3 minggu

Gejala klinis yang mungkin nampak ketika hewan mengalami kondisi cacingan diantaranya:

­DIARE -  beberapa kasus cacingan bersamaan dengan munculnya kasus diare, , infeksi karena cacing akan menyebabkan penyerapan nutrisi  terganggu, hingga merusak dinding saluran pencernaan. Akibatnya penyerapan sari makanan tidak sempurna, dan tubuh akan merespon dengan meningkatkan gerak persitaltik usus dan berakibat diare, beberapa jenis cacing yang meiliki kait pada mulutnya akan menempel pada dinding usus dan berakibat rusak nya dinding permukaan saluran pencernaan rusak, maka pada beberapa kasus cacingan yang disertai diare biasanya terdapat bercak darah.

BERAT BADAN TURUN – Penurunan berat badan yang terjadi diakibatkan karena gangguan penyerapan nutrisi yang tidak maksimal, apabila asupan nutrisi yang kurang (mal nutrisi)tentunya berakibat kurangnya pasokan gizi yang dibutuhkan tubuh, pada kasus cacingan bersifat kronis terdapat gejala klinis pot belly appearance (pembesaran daerah perut) biasanya terjadi pada hewan berusia dini (kitten /puppy)

POTONGAN SEGMEN CACING – Potongan cacing akan nampak terutama untuk infeksi cacing pipih yang memiliki struktur tubuh bersegmen, biasanya beberapa segmen akan keluar besama feses biasanya berbentuk seperti butiran nasi,apabila infeksi berat maka segmen cacing bisa dengan mudah ditemukan disekitar anus

MUNTAH – Terkadang hewan yang mengalami cacingan akan mengalami muntah dan muntahan biasanya disertai dengan cacing yang berusia dewasa

RAMBUT KUSAM DAN RONTOK – Gangguan penyerapan nutrisi dapat berakibat pada rambut menjadi kusam dan bahkan sampai menimbulkan kerontokan

Infeksi cacing dapat dikonfirmasi dengan melakukan pemeriksaan feses (kotoran) yang dambil kurang dari 12 jam setelah dikeluarkan oleh hewan peliharaan, hasil positif ditunjukan apabila ditemukan telur cacing pada pemeriksaan feses. Hal yang dapat dilakukan ntuk mengurangi infeksi cacing antara lain :

1. Menjaga lingkungan agar tetap bersih
 Dengan manajemen pemeiliharaan yang higienis tentunya akan menurunkan resiko terjadinya infeksi cacing, biasanya penularan cacing berasal dari telur-telur yang kasat mata, perhatikan kebersihan kandang, tempat makan dan minum, serta lingkungan.

2. Kontrol kutu loncat (flea)
Kutu loncat/ flea dapat menjadi hewan perantara / vector penularan cacing,  jenis cacing  Diphylidium caninum menjalani fase hidupnya di dalam tubuh kutu loncat / flea, oleh sebab itu selain menjaga lingkungan yang bersih, kita juga harus menjaga kesehatan kulit hewan dari kutu, apabila hewan anda mengalami infestasi kutu konsultasikan dengan dokter hewan untuk pemandiaan dan obat antikutu yang tepat

3. Pemberian obat cacing rutin
Pemberian obat cacing secara rutin tentunya harus dibawah pengawasan dokter hewan, banyak obat cacing dijual bebas di petshop  tetapi penggunaan secara berkala tanpa adanya pengawasan dokter hewan akan  menjadikan obat tersebut berbahaya bagi  hewan kesayangan kita. Diliat dari jenis cacing yang begitu banyak maka harus diketahui terlebih dahulu jenis cacing yang menginfeksi maka bisa menentukan jenis obat cacing apa yang tepat untuk pemberantasan cacing yang infeksi. Pemberian obat cacing pada diberikan biasanya ketika anak kucing atau anjing pada usia sapih dan ketika hewan akan dikawinkan, induk yang menderita cacingan akan menularkan cacing pada anak yang dilahirkan. Bagi pemilik yang memang sengaja melepaskan hewan peliharaannya untuk beraktivitas diluar rumah pemeriksaan rutin feses dan pemberian obat cacing wajib dilakukan 3-6 bulan sekali untuk meminimalisir resiko cacingan

Mencegah lebih baik daripada mengobati, jangan menunggu kondisi hewan kita sakit untuk menjadikan hewan kita sehat, apabila hewan peliharaan kita sehat tentunya akan membuat kita sehat.


Kontributor : drh . Hizriah Alief Jainudin 


Friday, November 14, 2014

Seputar Caplak Pada Anjing



Caplak adalah ektoparasit yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk menghisap darah dari hewan induk semangnya. Hewan kesayangan yang seringkali menjadi induk semang bagi caplak adalah anjing. Secara taksonomi caplak memiliki kekerabatan yang dekat dengan golongan laba-laba dan kalajengking. Semuanya termasuk ke dalam filum Arhtropoda, Kelas Arachnida. Berbeda dengan kutu dan pinjal yang tergolong sebagai serangga dan berkaki 3 pasang, stadium dewasa caplak memiliki kaki empat pasang

Spesies Caplak

Rhipicephalus sanguineus                                                                     


   Dermacentor variabilis




                                                                                                                                                              










Siklus hidup caplak


Siklus hidup caplak dimulai dari betina yang telah kawin dan menghisap darah dari anjing akan jatuh ke tanah dan bertelur di tempat-tempat yang memiliki kelembapan dan suhu yang cocok misalnya di sekitar retakan atau ceruk-ceruk pada dinding bangunan. Satu betina dapat menelurkan ribuan telur yang dilapisi oleh lapisan yang mencegahnya kering. Betina akan terus bertelur hingga 15 hari kemudian mati. Dua hingga lima minggu kemudian, telur-telur akan menetas menjadi larva. Larva tersebut dapat menjalar ke tubuh anjing dan menghisap darahnya selama 3 sampai 7 hari kemudian jatuh ke tanah untuk berkembang menjadi nimfa selama 2 minggu. Nimfa tersebut akan menempel kembali ke tubuh anjing yang kebetulan berjalan di rerumputan untukmenghisap darahnya selama 5 sampai 10 hari dan akan jatuh lagi ke tanah untuk berkembang menjadi caplak dewasa selama 2 minggu. Setelah dewasa, caplak tersebut akan mencari anjing lain untuk dijadikan hospesnya kemudian kembali menghisap darah dan juga melakukan perkawinan. Secara keseluruhan, siklus hidup caplak berlangsung selama 2 bulan. Pada iklim tropis, sklus ini dapat terjadi sepanjang tahun bahkan lebih cepat dari siklus yang seharusnya. Caplak dalam kondisi tertentu dapat bertahan tanpa menghisap darah selama 3 hingga 5 bulan pada setiap stadiumnya. Penyakit yang diakibatkan oleh caplak. Infestasi  caplak seringkali dianggap remeh oleh masyarakat awam. Padahal, caplak tidak hanya menyebabkan kerugian akibat penyakit yang diderita oleh anjing tetapi juga berpotensi menyebarkan penyakit zoonosis. Berikut ini beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan oleh caplak :


1.       Anemia
Caplak hidup dengan menghisap darah dari mulai stadium larva hingga dewasa. Infestasi berat dari caplak dapat menimbulkan berkurangnya darah dari sirkulasi hingga ratusan mililiter tiap harinya. Hal ini dapat membuat anjing tampak lesu bahkan lebih pucat dari biasanya. Anemia tidak hanya ditumbulkan dari caplak yang menghisap begitu banyak darah, tetapi juga dapat diperparah oleh penyebaran parasit darah dari liur caplak.
2.       Parasit darah
Caplak berperan sebagai vektor atau perantara penyebaran penyakit terutama parasit darah. Parasit darah yang diperantarai caplak dapat berupa protozoa seperti dari jenis Babesia sp., dan Hepatozoon sp., dan juga dari golongan ricketsia (sejenis bakteri) seperti Anaplasma sp., maupun Erlichia canis. Gejala klinis yag ditimbulkan dari parasit darah tidak hanya berupa anemia tetapi juga dapat berupa demam, perdarahan titik di sekitar bekas gigitan caplak, dan juga epistaxis (mimisan). Parasit darah tidak hanya mengganggu fungsi sel darah merah dalam mendistribusika oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh tetapi juga dapat mengganggu fungsi sel darah putih dan juga keping darah sehingga mengganggu sistem kekebalan dan proses perbaikan jaringan.

3.       Lyme borreliosis
Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis yang disebarkan oleh caplak Ixodes sp.,. Borreliosis disebabkan oleh bakteri Borrelia burgdorferi yang merupakan bakteri golongan spirochaeta  yang mampu menyebabkan gejala-gejala penyakit seperti keradangan pada sendi, kepincangan, pembengkakan pada kelenjar getah bening, hingga keradangan pada ginjal pada kondisi tertentu.

1.       Tick Paralysis
Paralisis atau kelumpuhan akibat gigitan caplak dapat terjadi akibat adanya substansi yang bersifat neurotoxin atau racun saraf pada air liur caplak. Pada anjing, paralisis ini dapat terjadi akibat adanya blokade neurotransmitter akibat racun dari liur caplak. Gejala yang parah dapat menyerang saraf dari kerongkongan anjing sehingga otot-otot kerongkongan akan melebar (megaesofagus) dan mengganggu proses penelanan makanan sehingga terjadi hipersalivasi dan regurgitasi (makanan yang belum sempat tertelan sepenuhnya, kembali dikeluarkan ke mulut). Stadium lanjut dari kelumpuhan inidapat terjadi pada sistem respirasi. Apabila saraf respirasi mulai terkena kelumpuhan maka akan berakibat fatal bagi terjadinya kegagalan sistem pernafasan yang dapat berujung pada kematian. Caplak dari jenis Dermacentor sp., dan Ixodes sp., seringkali dapat menyebabkan kelumpuhan dari gigitannya.

2.       Iritasi kulit (hotspot)

Caplak memiliki alat mulut yang disebut kelisera yang berfungsi seperti gergaji yang dapat menembus kulit hinggake pembuluh darah di bawahnya. Hal ini akan menimbulkan iritasi lokal bagi anjing tersebut sehingga anjing akan menjilati dan menggigiti bagian klit bekas gigitan caplak. Namun, bila hal ini dilakukan secara berlebihan, bekas gigitan caplak yang masih terbuka dapat terkontaminasi oleh jilatan yang berlebihan dari anjing tersebut sehingga menimbulkan iritasi lebih parah lagi yang disebut pyotraumatic dermatitis atau hotspot



Oleh : drh. Rosis Arif  ( Klinik Hewan Naroopet, Jl. Solo KM 10,5, Kalasan, Yogyakarta)